PUISI
SUARA ORANG PINGGIRAN
oleh Zaka Vikryan
oleh Zaka Vikryan
Gagah
gempita perlambang Indonesia
Satu padu
melawan sekutu mengusir raga penuh nafsu
Nisan rakyat
jelata hiasan tiap kota
Kembang
kamboja partikel rumpun tanah penuh darah
Tulang iga,
rusuk, dan paha tergeletak
Banjir air
mata dari seluruh tanah khatulistiwa
Hai...
putera bergerak bangun menyentak
Hai...
puteri bernyanyi jeritan hati
Gelombang
keringat membentang dari kolong jembatan
Hujan
pelukan ibunda sungguh sangat langka
Dipisah oleh
raksasa dari negeri adi kuasa
Bersilat
lidah penuh musibah
Ini negeri
kami!
Tempat kami
bercinta di atas ngilu nafsu kami
Tempat kami
menuai benih-benih bakal putera kami
Tempat kami
mengalirkan air mata dari pipi ibunda kami
Tak peduli
urat nadi putus oleh segala jurus
Kami
pertahanan kan negeri kami
Sampai baju
celana tak terbeli
Sampai
kemaluan kalian kami jajaki
Datang
dengan lenglang
Pergi tanpa
kaki dan tangan
Kalian
bertindak bagai macan
Kami adalah
macan
Kalian membelit
bagai ular
Kami adalah
ular
Kalian tidur
penuh dengkur tadi malam
Kami adalah
mimpi buruk bagi kalian sepanjang malam
Negeri kami
tidak bodoh
Hanya
beberapa orang pintar saja membodohi orang polos
Permainan
bodoh membodohi memang budaya
Tak lagi
asing menyapa telinga
Namun budaya
bodoh itu harus segera musnah
musnah
dengan desah lemas kemudian kalah
Itulah janji
kami!
Walaupun
entah sampai kapan kami kuat memegang janji
Jelas setiap
detik kami nafasi janji kami dengan bukti
Jilatlah
terus keringat kami
Jilatlah
terus keringat nenek moyang kami
Niscaya
dengki kami takkan lepas dari hati
Untuk
mengusir kalian dari NKRI!
Tuan-tuan
luar negeri
mengapa kalian
pilih anjing-anjing dari negeri kami
Apa karena
negeri kami hutan belantara
lantas
kalian bebas menjalar ciptakan bahtera
Apa karena
negeri kami penuh lumut
lantas
kalian seenak perut kentut di tiap sudut
Sungguh ini
bukanlah ancaman
Hanya
sekedar mengingatkan
Janganlah
berlaga layak macan di depan macan
Janganlah
berlaga layak ular di depan ular
Janganlah
tidur nyenyak di atas pundak
Karena kami bukan
budak yang harus tunduk di depan badak!
Ashadualailahaillah
muhamadarasulullah walijamiil makhlukot
Yeuh aing
bima di antara pandawa
Manusa
pambela
Ka sagala nu
teu akur jeung carita
Yeuh aing
gatot kaca di antara pandawa
Nu bakal
mawa hiber nagara
Nangtayungan
sakabeh jelema
Yeuh aing
arjuna di antara pandawa
Ngaburu
cucurut cucurut raksasa
Negakkeun sangsakala
dina pikir jeung hate anak bangsa
Upacara sudah
dilupa
Hanya
peristiwa biasa di hari pertama
Kutuk kami
kini bukan kepada tuan-tuan luar negeri saja
Kutuk kami
pun berlaku untuk nyonya-nyonya manja dalam negeri
Lupakah kita
pada darah yang tak kepalang tumpah
Lupakah kita
pada dentuman senapan masa penjajahan
Lupakah kita
pada gencatan senjata dan gelirya para pejuang dahulu kala
Warga kecil
berebut usaha warung kopi sambil ngupil
Warga sedang
berebut pujian haus sanjungan
Warga atas
sibuk mengurus segala urusan ke-atas-an
Sampai-sampai
lupa akan segala cerita
Wahai orang
tua janganlah sibuk merebutkan tahta
Wahai orang
tua mari kita saling mengingatkan lagi apa itu Indonesia
Wahai pemuda
janganlah terlena dengan merdeka
Wahai pemuda
mari kita saling mengingatkan lagi peristiwa sumpah pemuda
Bismillahirohmanirohim
Ilahi anta
robuna mustanu
Ya allah
malik ya hudam
Doa isaepi
istajib doa malik
Hambani,
bathinu
Lamuksin,
kaltumuksin
Kanda yasin,
abi yusuf
Sim kuring
ngahiras kasadaya hodam
kalayan ijin
guru simkuring Nabi Muhammad
San hayang
pang datengken hodam SUMANGET
Kapayun abdi
ayeuna
Semangat
kami semangat abadi
Mata kami
seluas langit
Kaki kami
gumpalan ombak pasifik
Darah kami
lautan bumi
Otot kami
tanah pertiwi
Senjata kami
runcing sepanjang hayati
Kasih kami
kisah tak mati
Merdeka!
Merdeka!! Merdeka!!!
Bhineka
Tunggal Ika!
Jaya
Indonesia!
Kuningan,
10 November 2012
0 Response to "PUISI"
Post a Comment