CERMIN
Cerita Mini
Pernah,
di suatu malam seorang pemuda tua bertanya kepadaku, “Apakah anda sudah
menikah?” Tidak ada jawaban kata-kata, aku hanya menggelengkan kepala sembari
senyum kususulkan kepadanya. Kemudian, “Bagaimana anda akan menjalani kehidupan
setelah menikah nanti?” Aku diam, tak sepatah kata pun kuujarkan. “Baiklah,
begini saja, hal apakah yang ingin anda lakukan sebelum menikah?” Kuteguk kopi
yang mulai terasa dingin, kemudian, “Aku ingin melihat anda lebih dahulu yang
menikah.” Percakapan terhenti sejenak. Lolong anjing di pekuburan sesekali
terdengar seperti seorang ibu yang sedang melahirkan. “Bagaimana jika wanita
yang akan kunikahi ialah wanita yang kau idamkan dan butuhkan selama ini?”
kujawab dengan singkat, “Sesungguhnya keadaan kekuasaanNya apabila Dia
menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Dia berfirman kepada (hakikat) benda
itu: Jadilah engkau!. Maka ia terus menjadi.”
(19:
32, 09/08/2014)
“Kang, bolehkah
aku bertanya satu hal?”, seorang lajang berhijab ungu memulai percakapan.
“Tentu. Jika aku mampu maka aku akan menjawabnya.”, jawabanku menyusul langsung
mengejar pertanyaannya. “Apa yang mesti kulakukan jika berhadapan dengan
keinginan orang tua yang kurang sejalan dengan yang apa aku rasakan?” Kujawab
dengan sebuah pertanyaan, “Apa yang kamu lakukan jika dihadapkan dengan dua
pilihan sulit; tentang penentuan teman hidup, misalnya?” Lajang itu terdiam
sesaat. Kemudian, “Aku akan istiharoh, begitulah yang diajarkan oleh agamaku.”,
ia memulai lagi percakapan. Senyumku yang mungkin kering makna ini tiba-tiba
meloncat kepadanya, “Kukira percakapan kita usai sampai di sini. Selamat..”
(19: 21, 16/08/2014)
0 Response to "CERMIN"
Post a Comment